PENILAIAN STATUS GIZI RUMAH SAKIT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tingginya angka kasus malnutrisi di rumah sakit
menjadi salah satu latar belakang pentingnya penilaian status gizi di rumah
sakit. Mulai berkembangnya metode skrining gizi di rumah sakit dan koliborasi
berupa kerja sama multidisiplin merupakan suatu bentuk yang sangat diperhatikannya
status gizi pasien selama di rumah sakit. Karena status gizi yang memburuk
selama di rumah sakit akan memperberat kondisi kesehatan pasien dan begitu pula
sebaliknya. Pentingnya penilaian status gizi di rumah sakit menjadi salah satu
bagian penting dari kompetensi seorang ahli gizi. Pokok bahasan ini diharapakan
mampu membantu memenuhi kompetensi yang harus dicapai mahasiswa sebagai lulusan
dietisien nantinya serta menjadi bagian persiapan sebelum mengikuti praktikum
guna melakukan demonstrasi metode penilaian status gizi di rumah sakit. Setelah
mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan arti dan
fungsi penilaian status gizi di rumah sakit, menjelaskan tahapan metode serta
dapat menginterpretasikan hasil metode penilaiannya. Pokok bahasan ini akan
disampaikan dalam satu kali pertemuan.
Banyak cara
menilai status gizi seperti pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan klinis,
biofisik dan antropometri. Penilaian antropometri yang paling umum dilakukan
karena lebih mudah, tidak mebutuhkan peralatan canggih dan bisa diakukan oleh
hampir semua orang.Status gizi terbentuk merupakan deskripsi keseimbangan
antara intake zat gizi dengan kebutuhan tubuh secara individual. Cukup konsumsi
cenderung status gizi baik dan kurang konsumsi besar kemungkinan akan kurang
gizi. Hal ini karena status gizi dipengaruhi oleh banyak faktor
(multifaktorial), akan tetapi faktor konsumsi makanan adalah faktor yang dominan.Selama
ini belum pernah ada penelitian yang mencoba memprediksi status gizi dengan
takaran konsumsi zat gizi. Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode
penilaian status gizi punyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan
menyadari kelebihan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis
suatu penyakit digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan
memberikan hasil yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan (Gibson, 2005).
1.2 Rumusan Maasalah
a. Apa yang dimaksud dengan penilaian
status gizi ?
b. Metode apa yang digunakan dalam
penilaian status gizi di rumah sakit?
c. Apa indeks yang digunakan dalam
penilaian status gizi di rumah sakit yang berhubungan dengan gizi dan
malnutrisi ?
1.3. Tujuan
PenulisanTujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang
pengertian dan jenis-jenis penilaian status gizi, metode yang digunakan dalam
penilaian status gizi di rumah sakit, dan beberapa indeks penilaian status gizi
di rumah sakit yang berhubungan dengan gizi dan malnutrisi.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Penilaian Status Gizi
Penentuan status gizi seseorang atau
kelompok populasi dilakukan dengan interpretasi informasi dari hasil beberapa
metode penilaian status gizi yaitu: penilaian konsumsi makanan, antropometri, laboratorium
/ biokimia dan klinis (Gibson, 2005).Diantara beberapa metode tersebut,
pengukuran antropometri adalah relative paling sederhana dan banyak dilakukan.
(Soekirman, 2000).
Perkembangan iptek gizi dirumah sakit sangat pesat,
terutama dengan dikembangkannya asuhan nutrisi. Dalam asuhan nutrisi ini
dibutuhkan data-data yang berhubungan dengan gizi seperti data antropometri,
laboratorium dan data konsumsi energy dan zat gizi.
2.2 Metode Penilaian Status Gizi di
Rumah Sakit
Berbagai metode yang digunakan dalan
penentuan status gizi di rumah sakit pada umumnya adalah antropometri,
laboratorium dan konsumsi makanan atau diet serta tanda-tanda fungsional untuk
tingkat gizi.
Pengukuran
gizi telah lama diperkenalkan dibidang klinis kedokteran sejak tahun 1970-an
ketika ada pasien dirumah sakit yang menderita KEP di amerika utara (Blackburn
et. El, 1977). Skrining gizi harus dilakukan secara rutin di rumah sakit untuk
mendeteksi pasien-pasien yang beresiko tinggi. Dukungan nutrisi yang tepat
dapat diterapkan untuk meningkatkan status gizi pasien.
Banyak telah dikembangkan untuk
mengukur status gizi pasien yang mempunyai resiko tinggi. Beberapa konsep
adalah ada yang menggunakan satu parameter dan ada yang menggunakan gabungan
parameter. Parameter tunggal adalah antropometri, biokimia atau pengukuran
imunologis. Gabungan parameter seperti penggunaan berbagai macam indeks atau
berdasarkan pangukuran klinis.
Tabel
1.1. Variable Gizi dan Metabolism untuk Melengkapi Pengukuran Status Gizi (Sumber:
Gibson RS,1990.Principles of Nutritional assessment oxford university
press,hlm.588).
No.
|
Jenis
Variabel
|
Tanda
|
1
|
Pengukuran
Antropometri
|
|
a.
Tinggi (cm)
|
Tinggi
|
|
b.
Berat (kg)
|
Berat
|
|
c.
Berat standar (kg)
|
Berat-s
|
|
d.
Seks (laki-laki dan perempuan)
|
Seks
|
|
e.
Berat badan ideal (kg)
|
Berat ideal
|
|
f.
Berat badan dalam persen
|
% berat ideal
|
|
g.
Berat badan dalam persen (standar)
|
% standar
|
|
h.
Lipatan kulit trisep (mm)
|
Trisep
|
|
i.
Lingkaran lengan atas (cm)
|
LLA
|
|
j.
Persen standar lipatan kulit/trisep
|
% trisep
|
|
k. Lingkaran
otot lengan dalam % standar
|
% standar
|
|
2
|
Laboratorium
|
|
a.
Serum albumin (g/dl)
|
Albumin
|
|
b.
Total kapasitas iron binding (µ/dl)
|
Kapasitas IB
|
|
c.
Serum tranferin(mg/dl)
|
Transferin
|
|
d.
Jumlah limfosit (%)
|
Limfosit
|
|
e.
Jumlah sel darah putih (no/mm³)
|
Darah putih
|
|
f.
Jumlah total limfosit ( no/mm³)
|
Total limfosit
|
|
g.
Urea nitrogen urine 24 jam (g)
|
Urea urine
|
|
h.
Kreatinin urine 24 jam (mg)
|
Kreatinin
urine
|
|
i. Indeks
kreatinin sebagai persen standar (%)
|
Indeks
kreatinin
|
|
3
|
Diet
dan Status Gizi
|
|
a.
Asupan protein (g)
|
Protein
|
|
b.
Asupan energi (kj)
|
Kalori
|
|
c.
Keseimbangan nitrogen (g)
|
Keseimbangan
nitrogen
|
|
d.
Penggunaan protein bersih
|
Penggunaan
protein
|
|
e.
Asupan energi sebagai %, dari basal
|
% basal
|
|
f.
Basal energi expenditure (%)
|
Energy expenditure
|
|
g.
Hasil tes kulit (mm)
|
Tes kulit
|
Tujuan pengukuran status gizi di rumah
sakit adalah:
1.
Untuk menentukan
secara akurat status gizi pasien
2.
Menentukan
tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan malnutrisi
3.
Untuk memonitor
perubahan status gizi selama mendapat asuhan gizi dirumah sakit
2.2.1 Antropometri
Antropometri
berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros
artinya ukuran. Jadi secara umum antropometri berarti ukuran dari tubuh.
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002 : 19).
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (I
Dewa Nyoman Supariasa, 2002 : 19).
Jenis Parameter Antropometri :
a. Umur : Faktor umur sangat penting
dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan
interpretasi status gizi menjadi salah. Batasan umur yang digunakan.
b. Berat Badan : Berat badan merupakan
ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru
lahir (neonatus). Pada masa bayi sampai balita, berat badan dapat dipergunakan
untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat
kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor.
c. Tinggi Badan : Tinggi badan
merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan keadaan
sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Pengukuran TB untuk anak
balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukur tinggi mikrotoa
(microtoise) yang mempunyai ketelitian 0,1 cm. Sedangkan untuk bayi atau anak
yang belum dapat berdiri digunakan alat pengukur panjang bayi (I Dewa Nyoman
Supariasa, 2002: 42).
d. Lingkar Lengan Atas (LLA) : LLA
merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi, karena mudah
dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang
lebih murah. Mengukur LLA anak balita dilakukan dengan menggunakan alat berupa
pita pengukur yang dibuat dari fiber glass, yaitu jenis kertas tertentu
berlapis plastik. Bila tidak mempunyai alat ini, dapat juga digunakan meteran
lain (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 46).
e. Lingkar Kepala : Lingkar kepala
adalah standar prosedur dalam ilmu kedokteran anak secara praktis, biasanya untuk
memeriksa keadaan patologi dari besarnya kepala atau peningkatan ukuran kepala
Contoh: hidrosefalus dan mikrosefalus. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran
otak dan tulang tengkorak.
f. Lingkar Dada : Biasa digunakan pada
anak umur 2-3 tahun, karena pertumbuhan lingkar dada pesat sampai anak berumur
3 tahun. Rasio lingkar dada dan kepala dapat digunakan sebagai indikator KEP
pada balita. Pada umur 6 bulan lingkar dada dan kepala sama. Setelah umur ini
lingkar kepala tumbuh
lebih lambat daripada lingkar dada.
Pada anak yang KEP terjadi pertumbuhan lingkar dada yang lambat → rasio lingkar dada dan kepala < 1.
g. Indeks Massa Tubuh (IMT) : Bentuk
aplikasi penilaian status gizi dengan antropometri antara lain dengan
penggunaan teknik Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI). IMT ini
merupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan.
Dengan IMT ini antara lain dapat ditentukan berat badan beserta resikonya.
Misalnya berat badan kurang dapat meningkatkan resiko terhadap penyakit
infeksi, sedangkan berat badan lebih akan meningkatkan resiko terhadap penyakit
degeneratif. Untuk memantau indeks masa tubuh orang dewasa digunakan timbangan
berat badan dan pengukur tinggi badan. Penggunaan IMT hanya untuk orang dewasa
berumur > 18 tahun dan tidak dapat diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu
hamil, dan olahragawan.Untuk mengetahui nilai IMT ini, dipergunakan formula
sebagai berikut :
Berat Badan (Kg)IMT =
——————————————————Tinggi Badan (m) X Tinggi Badan (m)
h. Rasio Lingkar Pinggang dan Pinggul :
Banyaknya lemak dalam perut menunjukkan ada beberapa perubahan metabolisme,
termasuk terhadap insulin dan meningkatnya produksi asam lemak bebas, dibanding
dengan banyaknya lemak bawah kulit pada kaki dan tangan. Perubahan metabolisme
memberikan gambaran tentang pemeriksaan penyakit yang berhubungan dengan
perbedaan distribusi lemak tubuh. Pengukuran lingkar pinggang dan pinggul harus
dilakukan oleh tenaga terlatih dan posisi pengukuran harus tepat, karena
perbedaan posisi pengukuran memberikan hasil yang berbeda. Rasio lingkar
pinggang-pinggul untuk perempuan 0.77, laki-laki 0.90.
i. Diantara beberapa macam indeks
antropometri, BB/U merupakan indikator yang paling umum digunakan. Gizi kurang
pada anak balita adalah balita yang diukur menurut berat badan dan umur (BB/U),
umur yang mempunyai berat badan sangat rendah (gizi buruk) dan berat badan
rendah (gizi kurang).
2.2.2 Klinis
Pemeriksaan klinis
adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode
ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral
atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid
(I Dewa Nyoman Supariasa, 2002 : 19).
Penggunaan metode ini
umumnya untuk survei secara cepat. Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi.
Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan
melakukan pemeriksaan secara fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002 : 19).
Pembagian pemeriksaan klinis secara umum
terdiri dari 2 bagian, yaitu:
1)
Medical history (riwayat medis), yaitu
catatan mengenai perkembangan penyakit.Catatan ini meliputi :
a.
Identitas penderita
b.
Lingkungan fisik dan social budaya
c.
Sejarah timbulnya gejala penyakit
2)
Pemeriksaan fisik, pada pemeriksaan
fisik kita melakukan pengamatan terhadap perubahan fisik, yaitu semua perubahan
yang ada kaitannya dengan kekurangan gizi. Perubahan-perubahan tersebut dapat
dilihat dari kulit atau jaringan epitel, seperti rambut, mata, muka, mulut,
lidah, gigi, dan lain –lain.
3)
Tanda-tanda klinis malnutrisi (gizi
kurang) tidak spesifik, karena ada beberapa penyakit yang mempunyai gejala yang
sama, tetapi penyebabnya berbeda. Oleh karena itu pemeriksaan klinis ini harus
dipadukan dengan pemeriksaan lainseperti antropometri, labolatorium dan survei
konsumsi makanan, sehingga kesimpulan dalam penilaian status gizi dapat lebih
tepat dan lebih baik (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 119).
2.2.3 Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai
macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine,
tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.Metode ini
digunakan untuk peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi
yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka
penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan
gizi yang spesifik (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002 : 19). Pemeriksaan biokimia
dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif
daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaan lain.
2.2.4 Biofisik
Penentuan status gizi
secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan
fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan (I
Dewa Nyoman Supariasa dkk, 2001 : 20).
Tes kemampuan fungsi
jaringan meliputi kemampuan kerja dan energi exspenditure serta adaptasi sikap.
Tes perubahan struktur dapat dilihat secara klinis maupun tidak dapat dilihat
secara klinis. Pemeriksaan yang tidak dapat dilihat secara klinis biasanya
dilakukan dengan pemeriksaan radiology. Penilaian status gizi secara biofisik
sangat mahal, memerlukan tenaga yang professional dan dapat diterapkan dalam
keadaan tertentu saja (I Dewa Nyoman Supariasa, 2002: 173).
Umumnya dapat digunakan pada situasi
tertentu seperti kejadian buta senja epidemic (epidemic of night blindness).
Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.
Cara penilaianDapat dilakukan dengan 3
cara:
1)
Uji radiologi : dilakukan dengan melihat
tanda-tanda fisik dan keadaan tertentu seperti riketsia, osteomalasia,
fluorosis dan beri-beri. Tanda-tanda radiologi dapat terjadi pada kurang gizi
yang parah.
2)
Tes fungsi fisik: Untuk mengukur
perubahan fungsi yang dihubungkan dengan ketidak cukupan gizi.
3)
Tes Sitologi : tes ini digunakan untuk
menilai keadaan KEP berat. Pemeriksaan ini dilakukan dengan melihat noda pada
epitel dari mukosa oral. Hasil dari penelitian pada binatang dan anak KEP
menunjukkan bahwa presentase perubahan sel meningkat pada tingkatan KEP dini.
2.2.5 Survei Konsumsi Pangan
Survei diet atau penilaian konsumsi
makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penentuan status gizi
perorangan atau kelompok. Secara umum survei konsumsi makanan dimaksudkan untuk
mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat
gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut (I Dewa Nyoman Supariasa,
2002: 88). Survei ini dapat mengidentifikasikan kelebihan dan kekurangan zat
gizi.Metode pengukuran berdasarkan jenis data yang diperoleh :
1)
Metode kualitatif Untuk mengetahui
frekuensi makan, frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan, dan menggali
informasi tentang kebiasaan makan serta cara memperoleh bahan makanan.
2)
Metode kuantitatif Untuk mengetahui
jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan
menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM).
2.3 Indeks yang Berhubungan Dengan Gizi
dan Malnutrisi
a. Indeks Prognostik Gizi
Indeks prognostik gizi [prognostic Nutritional Indeks (PNI)]
telah dikembangkan oleh mullen (1979) untuk mengindentifikasi indeks gizi yang
berhubungan dengan malnutrisi. Pengukuran indeks meliputi: berat badan,
kehilangan atau penurunan berat badan dalam persen, serum albumin, serum
tranferin, total protein, lingkaran otot di lengan, lipatan kulit trisep dan
perhitungan liposit total. Ada 4 indeks yang berhubungan erat dengan hasil
pembedahan dan digabungkan kedalam indeks yang prognostik gizi yaitu: serum
albumin, serum transferin, lipatan kulit trisep dan kelambatan hipersensitif
kulit (delayed hypersensitivity reactions).
Indeks prognostik gizi memberikan indikasi risiko pasien dan kesaakitan
terhadap kematian setelah pembedahan.
b. Indeks Prognostik Rumah Sakit
Indek prognostik rumah sakit (hospitas prognostik indeks) disarankan
pada serum albumin, penundaan respon hipersensitivitas, status klinis (seperti
: septis atau non septis), ada tidaknya kanker, Harvey dkk, telah mengembangkan
hak ini sejak tahun 1918 dari study retrospektif 282 pasien operasi medis
BAB
III
PENUTUP
3.1 Iptek gizi di rumah sakit berkembang sangat
pesat. Berbagai metode penentuan status gizi di rumah sakit pada umumnya adalah
antropometri, biokimia, konsumsi makanan, dan tanda-tanda fungsional untuk
berbagai tingkat gizi.
Beberapa variabel
gizi untuk melengkapi pengukuran status gizi seperti pengukuran atropometri,
laboratorium, dan diet. Ada konsep yang menggunakan satuan (single) parameter dan ada yang menggunakan gabungan parameter.
Tujuan pengukuran status gizi di rumah sakit adalah:
1. Untuk
menentukan secara akurat status gizi pasien.
2. Menentukan
tanda-tanda klinis yang berhubungan dengan malnutrisi.
3. Untuk
memonitor perubahan status gizi selama mendapat asuhan gizi di rumah sakit
Indeks
prognostik gizi dipergunakan untuk mengidentifikasi indeks gizi yang
berhubungan dengan malnutrisi. Ada 4 indeks prognostik gizi yang dilihat yaitu: serum albumin, serum
tranferin, lipatan kulit triceps dan penundaan hypersensitive kulit.
Indeks
prognostik gizi memberikan indikasi risiko pasien terhadap kesakitan dan
kematian setelah operasi. Disamping itu pula dikembangkan indeks prognostik
rumah sakit.
3.2 Saran
Hendaknya para
mahasiswa giat belajar agar bisa dapat mengerti dan memahami bagaimana
Penilaian Status Gizi di Rumah Sakit.
DAFTAR
PUSTAKA
Anthony,
P.S, 2014. Nutrition in clinical practice : official publication of the American Society for Parenteral
and Enteral Nutrition, 23(4), pp.373 http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18682588
Diakses tanggal 18 April 2015.
Charney, P, 2009. ADA
Pocket Guide to Nutrition Assessment , American Dietetic Associati. http://books.google.com/books? id=gP2Bc7XKLxoC&pgis=1
Diakses tanggal 18 April 2015.
Gibson, Rosalind, S.
2005. Principles Of Nutrional Assesment (2nd edition). Oxford University Press:
New York
Soekirman,
2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya Untuk Keluarga dan Masyarakat. Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas:Jakarta
Supariasa I, Bakri B, & Fajar I,
2001, Penilaian Status Gizi,EGC:
Jakarta
Mummys Gold | Happy Luke - ThTopBet
BalasHapusa great way to enjoy happyluke casino games and online slots to play and win real money! Mummys Gold is an innovative platform カジノ シークレット that allows players to enjoy a wide starvegad range of